'/> Orientasi Kerja Karyawan : Definisi Dan Jenis Orientasi Kerja Karyawan

Info Populer 2022

Orientasi Kerja Karyawan : Definisi Dan Jenis Orientasi Kerja Karyawan

Orientasi Kerja Karyawan : Definisi Dan Jenis Orientasi Kerja Karyawan
Orientasi Kerja Karyawan : Definisi Dan Jenis Orientasi Kerja Karyawan
Setiap karyawan yang terkumpul dalam suatu organisasi mempunyai orientasi kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan lainnya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila orientasi yang dipersepsikannya ini sanggup tercapai maka karyawan akan mencicipi kepuasan kerja dan bekerja dengan paling bagus.

Orientasi Kerja berdasarkan Ingham (1970): the concept formed the basis for the harmonious view of industrial relations in the small firm as orientation to work was said to cause individual self-selection to the small firm sector. Yang kurang ludang kecepeh mempunyai arti: perilaku dan tingkah laris karyawan, merupakan suatu konsep yang sanggup membuat harmoni dalam bekerja dan sehingga sanggup mengakibatkan peningkatan kinerja karyawan secara individu dalam sebuah perusahaan.

Orientasi Kerja berdasarkan Goldthorpe (1968): orientation to work yakni arti sebuah pekerjaan terhadap seorang individu, berdasarkan berharapnya yang diwujudkan dalam pekerjaannya.

Jenis Orientasi Kerja Karyawan :
Menurut Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu :

1. Instrumentally
Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang menentukan untuk bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya hidup yang dimaksud yakni kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh masing-masing karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua pecahan yaitu:
a. Short-term instrumentally orientation
Jenis orientasi kerja ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan karyawan-karyawan untuk mendukung dan menambah pendapatan utama dengan cara bekerja di daerah lain, dan menimbulkan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sekunder. Karyawan pada jenis orientasi ini menganggap pekerjaan ini hanya bersifat sementara saja.
b. Long-term instrumentally orientation
Long-term instrumentally orientation yakni upaya dari karyawan-karyawan untuk menimbulkan sebuah pekerjaan sebagai pekerjaan primer. Long-term instrumentally orientation dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Part-time employee atau karyawan paruh waktu : Untuk jenis karyawan paruh waktu, alasan menentukan untuk menjalani pekerjaan dengan cara ini biasanya berafiliasi dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan jenis ini yakni dari golongan pelajar atau mahasiswa yang harus membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk belajar, selain itu juga dari golongan perempuan yang mempunyai belum dewasa yang masih berusia dibawah lima tahun.
- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di daerah lain.

2. Solidaristic

Dimana pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan simpulan saja, melainkan segi yang dikedepankan yakni korelasi dan acara sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk emotionally rewarding. Karyawan yang menentukan orientasi kerja jenis ini dalam menentukan daerah bekerja, ludang kecepeh memperhatikan suasana bekerja berdasarkan korelasi sosial yang kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan yakni
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara individu baik itu antara sesama karyawan dalam satu departemen maupun antar departemen. Menurut Lucas (1995) dan Kitching (1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, yakni sisi sosial dari sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah pada pekerjaan mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja. Selain itu, korelasi sosial yang berpengaruh yang karyawan jenis ini inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja, melainkan korelasi sosial ini harus juga sanggup diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan. Misalnya dengan pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling berkunjung ke daerah tinggal masing-masing karyawan.

3. Bureaucratic
Menurut Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang karyawan menentukan pekerjaan dan mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang dipilihnya itu yakni hal-hal yang disediakan oleh perusahaan daerah karyawan tersebut bekerja. Hal-hal tersebut sanggup berupa fasilitas-fasilitas yang dimemberikankan ibarat sarana transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, hingga ke peralatan-peralatan kerja yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar kecilnya honor dan tunjangan-tunjangan yang ditawarkan, kudang kecepejakan-kudang kecepejakan yang ditetapkan oleh perusahaan, bimbingan dari perusahaan yang dimemberikankan melalui atasan dan yang tidak kalah pentingnya yakni jenjang karir yang jelas. Meskipun suasana sosial yang ada tidak mendukung, para karyawan tersebut tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja, sebab karyawan jenis orientasi ini ludang kecepeh mementingkan self-development dan ludang kecepeh bertujuan ke peningkatan jenjang karir.
Advertisement

Iklan Sidebar